Rangkuam Sosiologi ini meruakan lanjutan dari postingan
Rangkuman Sosiologi
- Ciri-ciri sosiologi:
- Sosiologi adalah rumpun ilmu social.
- Sosiologi adalah ilmu kategoris, artinya membatasi diri terhadap sesuatu yang terjadi.
- Sosiologi adalah ilmu abstrak.
- Sosiologi adalah ilmu pengetahuan murni.
- Sosiologi adalah ilmu pengetahuan rasional, yang dibuktikan dengan metode tertentu.
- Sosiologi adalah ilmu pengetahuan umum bukan khusus.
- Sosiologi bertujuan menghasilkan pola dan teori tertentu.
- Sifat dan hakikat sosiologi sebagai ilmu:
- Sosiologi bersifat empiris: Berdasarkan pada kenyataan social, tidak spekulatif.
- Sosiologi bersifat teoritis: Mengadakan penelitian/observasi dan menarik kesimpulan untuk menghasilkan teori baru.
- Sosiologi bersifat kumulatif: Berdasarkan pada teori yang ada.
- Sosiologi bersifat non-etis: Tidak menilai berdasarkan baik-buruk, tetapi berdasarkan analisa dan apa adanya.
- Kegunaan sosiologi:
- Untuk perencanaan social: Merencanakan kehidupan masyarakat di masa depan dan mengurangi factor penghambatnya.
- Untuk pembangunan.
- Menghasilkan teori: Memandang sosiologi bersifat empiris.
- Menyelesaikan masalah social:
i.
Biologis: Penyakit menyebar.
ii.
Ekonomis: Pengangguran dan kemiskinan.
iii.
Psikis: Gangguan syaraf yang mempengaruhi
kehidupan bermasrayarakat, bunuh diri, dll.
iv.
Kebudayaan: Konflik antar etnis, dan lainnya.
- Peran sosiolog:
- Sosiolog sebagai ahli riset: Mengumpulkan dan mengolah data.
- Sosiolog sebagai konsultan kebijakan: Ramalan sosiolog dapat dijadikan pedoman membuat kebijakan masyarakat.
- Sosiolog sebagai teknisi: Merancang dan melaksanakan kegiatan masyarakat. Contoh: Hubungan antar masyarakat.
- Sosiolog sebagai guru: bersifat netral dan objektif.
- Konsep realita social: Kenyataan social yang ada dalam kehidupan bermasyarakat, terdiri dari status, peranan, interaksi, penyimpangan, pengendalian, dll. social.
- Kebudayaan:
- Menurut Koentjaraningrat, kebudayaan adalah hasil cipta, rasa, dan karsa manusia untuk menyempurnakan hidupnya.
- Manusia diberikan karunia dari Allah berupa Thinking (Cipta), Feeling (Rasa), dan Drive (Dorongan kehendak/karsa).
- Wujud kebudayaan adalah material dan immaterial yaitu cipta dan rasa.
- Tujuh system kebudayaan:
i.
Sistem mata pencaharian hidup.
ii.
Sistem peralatan hidup.
iii.
Sistem organisasi social.
iv.
Sistem kekerabatan.
v.
Sistem kesenian.
vi.
Sistem keagamaan.
vii.
Sistem bahasa.
- Status social: Kedudukan individu dalam masyarakat, terbagi menjadi:
- Ascribed status: Didapatkan langsung (ayah, ibu, anak, suami, istri, dll.)
- Achieved status: Melalui usaha (sarjana, guru, ketua organisasi, narapidana, dll.)
- Assigned status: Diberikan orang lain (ketua kelas, menteri, presiden, pengurus kelas, dll.)
- Status itu tidak terlihat, yang terlihat adalah kumpulan hak dan kewajiban dalam status itu yang disebut peranan social.
- Interaksi social adalah hubungan timbal balik antara individu-individu, individu-kelompok, atau kelompok-kelompok dalam bermasyarakat dan bersifat dinamis.
- Interaksi social terjadi jika:
- Ada 2 orang atau lebih.
- Ada kontak social:
i.
Kontak primer: Bertemu langsung.
ii.
Kontak sekunder: Tidak bertemu langsung, terbagi
jadi:
1. Sekunder
langsung: Tanpa pihak ke tiga, contoh sms dan surat.
2. Sekunder
tidak langsung: Dengan menitipkan pesan ke pihak ke tiga.
- Ada tujuan.
- Dimensi ruang dan waktu.
- Komunikasi, perangkat2nya:
- Komunikator: Yang memberikan pesan.
- Pesan.
- Media: Alat untuk menyampaikan pesan.
- Komunikan: Penerima pesan.
- Faktor-faktor pendorong interaksi social:
- Imitasi: Mengikuti seseorang, namun tidak begitu berpengaruh kepada individu yang meniru, tidak menjadi idealitas bagi penirunya, hanya sekedar meniru gaya bicara, gaya hidup, dan hal-hal lainnya, contoh: Seorang anak yang mengikuti gerakan ayahnya menyetir mobil.
- Sugesti: Pemberian pengaruh oleh komunikator, yang diterima oleh komunikan dengan apa adanya tanpa adanya gugatan kritis, hal ini terjadi karena:
i.
Faktor pemberi pengaruh:
1. Orang
karismatik.
2. Berkedudukan
tinggi.
3. Mayoritas.
4. Iklan
atau reklame.
ii.
Faktor penerima pengaruh:
1. Tidak
kritis.
2. Pemikiran
disosiasi atau terpecah-pecah.
3. Ragu-ragu
berpendapat dan pendapat searah.
- Identifikasi: Keinginan untuk mengikuti sosok yang dianggap idealitas yang disebut sebagai idola, hal ini akan mempengaruhi seseorang dalam bertingkah laku dan dalam pola hidup, bahkan dapat membentuk sosok seseorang di masa depan dengan meniru sosok yang ideal.
- Motivasi: Pemberian pengaruh berupa dorongan untuk melakukan sesuatu. Ada motivasi dari dalam diri dan motivasi dari luar. Lebih penting motivasi dari dalam diri.
- Simpati: Menyukai orang lain, dalam hal ini juga menerima orang lain apa adanya, dan percaya dalam kekerabatan, ikut merasakan apa yang dia rasakan.
- Empati: Simpati yang mendalam, membuat seseorang ikut merasakan sesuatu yang dirasakan orang lain, hingga sangat menghayati bahkan apabila menangis ikut menangis pula.
- Interaksi social dalam masyarakat:
- Proses Asosiatif (Proses yang damai dan mendukung satu sama lain):
i.
Kerja sama (Cooperation): Ketika ingin tujuan
yang sama.
ii.
Akomodasi.
- Proses Disosiatif (Proses yang saling mengalahkan):
i.
Competition: Ketika tujuan sama namun terbatas.
ii.
Kontravensi: Competition tidak sehat.
iii.
Konflik: Terjadi karena persaingan tidak sehat,
sehingga antar pihak saling menjatuhkan.
- Tindakan social: sikap atau perilaku yang mempengaruhi atau dipengaruhi oleh orang lain atau kelompok lain.
- Tindakan social terdiri dari:
- Tindakan social rasional instrumental: Tindakan social yang paling dominan, dengan menggunakan akal pikiran dan mempertimbangkan tujuan yang hendak dicapai. Contoh: Amir memakan bakso, Ani membeli kebutuhan di supermarket.
- Tindakan social rasional berorientasi nilai: Tindakan rasional yang mementingkan proses atau cara untuk mencapai tujuan. Yang paling dominan adalah nilai Agama (Religius).
- Tindakan tradisional: Tindakan yang telah menjadi kebiasaan dan dilakukan terus-menerus sesuai tradisi. Contoh: Berpamitan ketika ingin pergi, mengucapkan salam atau bertegur sapa saat kita bertemu, dll.
- Tindakan Afektif: Tindakan yang didominasi oleh emosi yang berlebihan dan tidak menggunakan akal sehat. Contoh: Amir menangis karena kerabatnya meninggal dunia, Budi marah meluap-luap karena kesal akan perbuatan adiknya. Menangis karena terluka bukan tindakan afektif.
- Interaksi social: Kontak atau hubungan timbal balik atau interstimulasi dan respon antar individu, antar kelompok, atau antar individu dan kelompok.
- Ciri-ciri terjadinya interaksi social:
- Adanya komunikasi antara 2 orang atau lebih.
- Penyampaian dengan melakukan lambang atau symbol tertentu.
- Memiliki dimensi waktu baik masa lalu, masa kini, dan masa yang akan mendatang.
- Memiliki tujuan tertentu yang ingin tercapai.
- Faktor-faktor yang mempengaruhi interaksi social:
- Imitasi: Keinginan mengikuti orang lain di perilaku luarnya. Contohnya interaksi antara kakak dengan adiknya.
- Sugesti: Pendapat, syarat, pandangan, atau sikap/ perilaku yang diterima tanpa ada kritik. Contoh: Seorang Ibu mengucapkan “hati-hati ya nak” ketika anaknya berpamitan, dokter memeriksa pasiennya.
i.
Faktor pemberi pengaruh:
1. Orang
karismatik.
2. Berkedudukan
tinggi.
3. Mayoritas.
4. Iklan
atau reklame.
ii.
Faktor penerima pengaruh:
1. Tidak
kritis.
2. Pemikiran
disosiasi atau terpecah-pecah.
3. Ragu-ragu
berpendapat dan pendapat searah.
- Identifikasi: Keinginan menjadi sama seperti sosok ideal (idola)-nya. Biasanya yang ditiru tidak hanya perilaku luarnya saja.
- Simpati: Suatu keadaan di mana dapat menerima keberadaan pihak lain apa adanya. Contoh: Menerima si A sebagai teman dengan apa adanya walaupun dia memiliki kekurangan.
- Antipati: Lawan dari simpati, keadaan di mana tidak dapat menerima keberadaan pihak lain apa adanya.
- Empati: Simpati mendalam yang mempengaruhi psikis (kejiwaan) dan fisik seseorang. Contoh: Ani ikut sedih ketika mendengar kerabat Amir meninggal dunia, berbelas kasih kepada fakir miskin, ikut berduka ketika salah satu daerah terkena bencana, dll.
- Syarat-syarat terjadinya interaksi social di antaranya:
- Kontak social: berasal dari bahasa latin “con” artinya bersama-sama dan “tangere” artinya menyentuh, maka artinya bersama-sama menyentuh. Syarat-syarat terbentuknya kontak social:
i.
Kontak social primer: Langsung bertemu dalam
melakukan kontak.
ii.
Kontak social sekunder: Kontak dilakukan dengan
melalui media perantara, terbagi menjadi:
1. Kontak
sekunder langsung: tanpa melalui pihak ketiga, contohnya adakah short message,
e-mail, memo yang ditujukan langsung ke orangnya, dll.
2. Kontak
sekunder tidak langsung: Dengan melalui perantara pihak ketiga.
- Komunikasi: Proses penyampaian pesan dari satu pihak ke pihak lain untuk tercapainya tujuan bersama atau pengertian bersama.
i.
Aspek komunikasi:
1. Komunikator:
Yang menyampaikan atau memberikan pesan.
2. Pesan:
Gagasan atau hal yang ingin disampaikan berupa kata, kalimat, atau symbol.
3. Media:
Bagaimana pesan tersebut disampaikan.
4. Komunikan:
Pihak yang menerima pesan.
5. Efek:
Apa yang terjadi setelah pesan diterima.
ii.
Proses komunikasi:
1. Encoding: Gagasan atau program yang akan disampaikan berupa kalimat atau
gambar.
2. Penyampaian: Penyampaian pesan tersebut
kepada komunikan.
3. Decoding: Memahami gagasan atau program yang disampaikan tadi.
- Menurut John Phillip Gillin dan John Lewis Gillin, interaksi social terbagi menjadi 2 bentuk:
- Asosiatif:
i.
Akomodasi:
Proses penyelesaian pertentangan
tanpa menjatuhkan pihak lawan, sehingga pihak tersebut tidak kehilangan
pribadinya (menghasilkan kerja sama baru). Contoh:
1. Koersi: Akomodasi dengan pemaksaan, contoh: Penjajahan dan
perbudakan.
2. Kompromi: Kedua pihak mengurangi
tuntutannya. Contoh: Perjanjian antar Negara tentang batas perairannya.
3. Arbitrasi: Proses akomodasi dengan
melibatkan pihak ketiga yang lebih
tinggi. Contoh: Penetapan upah minimum oleh pemerintah untuk mengatasi
pertentangan antara pegawai dengan perusahaan.
4. Mediasi: Proses akomodasi melibatkan
pihak ketiga yang netral.
5. Konsiliasi: Usaha untuk mempertemukan pihak-pihak yang bertikai
untuk mencapai persetujuan bersama. Contoh: Usaha Indonesia dalam mengatasi
masalah kamboja.
6. Stalemate: Kedua pihak yang bertikai
sama kuat, sehingga menghentikan pertikaian. Contohnya: Perang dingin antara USA
dan USSR.
7. Toleransi: Bersifat informal dan menyangkut salah satu
cirri manusia, di mana kedua pihak yang berpotensi untuk bertentangan
mengurangi kepentingannya dan menghargai kepentingan lawannya. Contohnya: Umat
non Muslim ketika Ramadhan tidak makan di sembarang tempat.
8. Segresi atau Segregasi: Pihak-pihak yang bertikai saling menjauhi untuk menghindari pertikaian.
9. Ajudikasi: Penyelesaian pertentangan
melalui pengadilan.
10. Subjugation atau Domination: Pihak yang
kuat mempengaruhi pihak yang lemah. Contoh: salah satu partai ketika zaman orde
baru.
11. Elimination: Salah satu pihak mundur
atau mengalah.
12. Keputusan Mayoritas: Keputusan yang
diambil berdasarkan suara terbanyak, melalui voting.
13. Minority consent: Golongan minoritas
yang tidak merasa kalah melakukan kegiatan.
14. Konversi: Salah satu pihak mengalah dan
menerima pendirian pihak lawan.
15. Gencatan senjata: Menghentikan
pertentangan untuk menuju perundingan.
ii.
Cooperation/
kerja sama: Kegiatan bersama untuk memperoleh tujuan bersama.
1. Menurut
Charles H. Cooley kerja sama
dilakukan ketika terjadi kesadaran bahwa ada kepentingan yang sama.
2. Kerja
sama berdasarkan sosiologi ada:
a. Kerja
sama spontan: Kerja sama yang
dilakukan tanpa bertanya, serta merta. Contohnya: Menolong korban yang sakit di
dekat kita, dll.
b. Kerja
sama langsung: Hubungan kerja sama
antara atasan dengan bawahan.
c. Kerja
sama kontrak: Kerja sama dengan
ketentuan dan dasar tertentu.
d. Kerja
sama tradisional: Kerja sama sebagai
satu bagian dari antarunsure dalam suatu system social.
3. Kerja
sama berdasarkan pelaksanaannya:
a. Kerukunan: Gotong royong dan tolong
menolong dalam bermasyarakat.
b. Bargaining: Perjanjian kerja sama dalam
jual dan beli barang atau jasa.
c. Kooptasi: Suatu proses penerimaan
unsure-unsur baru.
d. Koalisi: Kombinasi atau kerja sama dalam pemerintahan untuk mencapai tujuan tertentu.
e. Joint venture: Kerja sama membangun
suatu proyek (bagi hasil).
iii.
Asimilasi:
Pembaruan 2 unsur budaya yang berbeda dan
menghasilkan kebudayaan baru. Diumpakan: Segi empat merah + Segitiga biru =
Lingkaran ungu.
iv.
Akulturasi:
Perpaduan 2 unsur budaya yang berbeda, yang
menghasilkan budaya baru, tanpa menghilangkan kebudayaan lamanya. Diumpakan:
Segi empat merah + Segitiga biru = Segi empat merah, Segitiga Biru.
- Disosiatif:
i.
Persaingan
atau Competition: Kedua pihak memiliki tujuan yang sama namun jumlahnya
terbatas.
ii.
Kontravensi:
Persaingan yang tidak sehat.
iii.
Pertentangan
atau Konflik: Saling menjatuhkan antar pihak satu dan lainnya.
iv.
Penetrasi:
Pertemuan
2 unsur budaya yang berbeda, salah satu unsure budaya diterima, dan unsure yang
lain dihancurkan.
1. Nama-nama
penetrasi:
a. Penetration of violent: Penetrasi yang
menghancurkan budaya asli. Contoh: Kolonialisme Belanda di Indonesia.
b. Penetration of Pacific: Penetrasi yang
bersifat akulturasi. Contoh: Kolonialisme Jepang, dan negara2 di Pasifik.
2. Kolonialisme
(cara menjajah) didasarkan oleh faham menjajah yang disebut imperialisme. Ciri-ciri dari penjajahan
adalah:
a. Berkuasa
secara politik, merebut kekuasaan dengan cara perang.
b. Mengeksploitasi
ekonomi, mengambil seluruh kekayaan alam untuk Negara koloni-nya.
c. Penetrasi
budaya.
- Menurut Hall dalam bukunya “The Hidden Dimension” aturan mengenai jarak interaksi adalah:
- Jarak intim (0-45 cm): Terjadi pada hubungan kerabat dekat atau keluarga, bisa berupa sentuhan.
- Jarak pribadi (45 cm – 1,22 m): Terjadi pada hubungan antara kawan atau sahabat yang telah saling mengenal.
- Jarak social (1,22 m – 3,66 m): Terjadi pada hubungan antara atasan dan bawahan, antara orang yang belum saling mengenal dekat.
- Jarak publik (> 3,66 m): Jarak ketika seseorang sedang berorasi atau berpidato.
- Status social: Kedudukan seseorang di dalam kelompok masyarakat. Status social terbagi menjadi 3 berdasarkan cara memperolehnya:
- Ascribed status: Status social yang didapatkan dengan sendirinya. Contoh: Ayah, Ibu, suami, istri, anak, kakak, adik, nenek, kakek, sepupu, paman, bibi, dll.
- Achieved status: Status social yang diraih dengan usaha keras terlebih dahulu. Contoh: Polisi, mahasiswa, dokter, doctor, guru, magister, pemulung, dll.
- Assigned status: Status social yang diraih dengan ditunjuk oleh orang lain. Contoh: Ketua kelas, OSIS, organisasi lainnya; presiden; menteri; dll.
- Berdasarkan sosiologi ada 2 kelompok pekerja:
- White collar: Golongan kerah putih, mengutamakan keahlian (skill) dibandingkan fisik dan didambakan oleh setiap orang.
- Blue collar: Golongan kerah biru, tidak mengutamakan skill dan tidak butuh pendidikan cukup dengan menggunakan fisik saja.
- Status social di dalam keseharian tidak terlihat secara konkret, yang terlihat adalah peranan social yaitu suatu tindakan atau perilaku seseorang yang diharapkan masyarakat sesuai dengan status sosialnya.
- Status social dapat dilihat dari “status symbolnya” contohnya uniform, seragam, rompi, dll. Status symbol yang telah dibanggakan, akan menjadi lambang prestise atau lambang gengsi disebut Prestise Symbol.
- Peranan social merupakan aspek dinamik dari status social tersebut.
- Jenis2 kerja sama dsb adalah …